that's my blog

Selasa, 25 Juni 2013

bioautografi

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS - BIOAUTOGRAFI

Bioautografi

Bioautografi merupakan suatu metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, dan anti viral. Bioautografi juga merupakan suatu metode yang cepat untuk mendeteksi antibiotik yang belum diketahui yang mana metode kimia atau fisika yang terbatas untuk substansi yang murni. Sementara deteksi kimia reaksi warna hanya spesifik digunakan sebagai pembanding hasil bioautografi sehingga kedua meode tersebut saling melengkapi (Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Stahl, Egon, I TB Bandung, 1985)

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji bioautografi antara lain :
1.Sterilisasi alat dan proses pengerjaannya
2.Ada media yang cocok untuk menumbuhkan mikroba uji
3.Ada mikroba uji yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri senyawa uji

4.Senyawa yang akan dianalisis diduga memiliki aktivitas membunuh atau menghambat bakteri (Wagmon & Wenstein, 1983)

Ada 3 metode bioautografi :
•Bioautografi langsung / direct : mikroorganisme tumbuh secara langsung di atas lempeng KLT
•Bioautografi kontak / contact : senyawa dipindahkan dari lempeng KLT ke medium
•Bioautografi pencelupan / overlay : medium agar yang telah diinokulasikan dengan mikroorganisme dituang di atas lempeng KLT (Mulyaningsih, 2004)

Bioautografi dalam uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu bioautografi kontak, bioautografi agar overlay, dan bioautografi langsung (Choma, 2005).
a)      Bioautografi kontak
Bioautografi kontak dilakukan dengan meletakkan lempengan kromatogram hasil elusi dari senyawa uji di atas media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Adanya aktivitas antibakteri dari senyawa uji ditandai dengan adanya zona bening.
b)      Bioautografi agar overlay
Bioautografi agar overlay dilakukan dengan melapisi lempeng kromatogram hasil elusi senyawa uji dengan media agar cair yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Setelah agar mengeras, lempengan kromatogram diinkubasi dan diwarnai dengan tetrazolium dye. Penghambatan dapat dideteksi dengan terbentuknya pita (band).
c)       Bioautografi langsung
Bioautografi langsung dilakukan dengan menyemprot lempeng kromatogram hasil elusi senyawa uji dengan mikroba uji dan diinkubasi. Zona hambat yang terbentuk divisualisasikan dengan menyemprot lempeng kromatogram dengan tetrazolium dye.
            Ketiga metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Kusumaningtyas et al. (2008) bioautografi agar overlay memiliki sensitivitas lebih baik dari pada metode yang lain. Akan tetapi, bioautografi kontak lebih mudah dilakukan dan hasilnya telah jelas terlihat. Sedangkan bioautografi langsung merupakan bioautografi yang jarang digunakan karena dilaporkan tidak dapat digunakan untuk sampel tertentu. Oleh karena itu, kombinasi bioautografi kontak dengan langsung menghasilkan bioautografi agar overlay (Kusumaningtyas et al., 2008).

Metode bioautografi dalam mendeteksi komponen yang aktif sebagai antibakteri memiliki beberapa keuntungan dan kerugian :
Keuntungan :
  •    Dapat mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT yang mempunyai aktivitas sebaga antibakteri, antifungi, antibiotik, dan antiviral.
  •     Dapat digunakan untuk mendeteksi antibiotik yang belum diketahui mekanismenya.
  •     Merupakan metode yang sederhana dan mudah dilakukan.
  •     Cepat dalam pengerjaannya.

Kerugian:
  •   Tidak bisa digunakan untuk senyawa yang tidak mempunyai aktivitas membunuh ataupun menghambat mikroorganisme.
  •    Hasil tidak valid karena kemungkinan adanya kontaminan dari luar atau karena zat yang diidentifikasikan tidak mengandung khasiat bakteri antibakteri.
  •    Mempunyai faktor kesalahan yang besar 
(Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari)

KLT merupakan kromatografi serapan tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini segera populer karena memberi banyak keuntungan.

Keuntungan KLT dibanding dengan kromatografi lain :
1. KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal memilih fase gerak.
2. Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembangan 2 dimensi, pengembangan bertingkat, dan pembaceman penyerap dapat dilakukan pada KLT.
3. Proses Kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja.
4. Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi.
5. KLT dibandingkan dengan kromatografi kolom serapan, keduanya mempunyai sistem fisika yang bersamaan.
6. KLT dibandingkan dengan kromatografi partisi kertas, keduanya mempunyai kesamaan dalam teknik eksperimennya.
7. Kromatografi kolom merupakan proses yang lambat, yang membutuhkan penyerap relatif dalam jumlah yang besar demikian pada cuplikan yang digunakan sedangkan dalam KLT hanya menbutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah sedikit dan noda-noda yang terpisahkan dilokalisir pada plat seperti pada lembaran kertas.
8. Bila dibandingkan dengan kromatografi kertas, metode KLT mempunyai keuntungan yang utama, yaitu membutuhkan waktu yang lebih cepat dan diperoleh hasil pemisahan yang lebih baik.
9. Penyerapan pada KLT mempunyai kapasitas yang lebih besar bila dibandingkan dengan kertas.
10. Sekarang pemisahan dengan KLT telah digunakan dalam kebanyakan lapangan-lapangan organik dan beberapa dalam kimia anorganik.

Sabtu, 22 Juni 2013

suppositoria

Suppositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Anonim,1995 ). Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:
1. Suppositoria rectal : suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g ( anonim, 1995).
Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).


2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .
( Anonim,1995; Ansel, 2005).

3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut “bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).


4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).
Penggunaan suppositoria bertujuan :
1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 )
Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
5. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).
Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:
1. Tidak menyenangkan penggunaan
2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal:
1. Faktor fisiologis antara lain pelepasan uobat dari basis atau bahan dasar, difusi obat melalui mukosa, detoksifikasi atau metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.
2. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain : kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel dan basis supositoria ( Syamsuni, 2005).
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat suppositoria harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak cokelat (oleum cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau gelatin (Syamsuni, 2005). Sifat ideal bahan dasar/ basis yang digunakan antara lain:
1. Tidak mengiritasi
2. Mudah dibersihkan
3. Tidak meninggalkan bekas
4. Stabil
5. Tidak tergantung PH
6. Dapat bercampur dengan banyak obat
7. Secara terapi netral
8. Memiliki daya sebar yang baik/ mudah dioleskan
9. Memiliki kandungan mikrobakteri yang kecil (10 2 / g ) dan tidak ada enterobakteri pseudemonas aeruginosa dan s.aureus ( Sulaiman dan Kuswahyuning,2008 ).
Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Bahan dasar yang digunakan harus meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada di rektum.
2. Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat harus diserbukkan terlebih dahulu sampai halus.
3. Setelah campurn obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu dituangkan ke dalam cetakan supositoria dan didinginkan. Cetakan ini dibuat dari besi yang dilapisi nikel dan logam lain; ada juga terbuat dari plastik (Syamsuni, 2005 ).

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh, 2000, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Anief, Moh, 2005, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Ed III, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Depkes RI, Jakarta
Ansel, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Sulaiman, T. N. S dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat, Laboratorium Teknologi Farmasi Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Jumat, 21 Juni 2013

Isolasi dan Inokulasi mikroba




ISOLASI DAN INOKULASI KOLONI




                         


DI SUSUN OLEH:
YOSEPHINE SEPTI AP
12384 FA




AKADEMI FARMASI NASIONAL SURAKARTA
2013




Isolasi dan Inokulasi mikroba

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan dengan jasad renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Sebagian dari manusia hidup dengan bergantung pada mikroba. Itu sebabnya pengetahuan mengenai peranan mikroorganisme dalam kehidupan manusia tersebut sangat penting untuk dimengerti dan dipahami.
Keanekaragaman mikroorganisme di alam ini merupakan salah satu hal yang menarik untuk diketahui, karena bukan saja untuk mengenal jenis-jenisnya, tetapi juga dapat mengetahui mikroorganisme yang menguntungkan dan merugikan bagi manusia.
Dalam bidang mikrobiologi ada beberapa teknik-teknik dasar tertentu yang perlu diketahui dan dipahami serta dipelajari oleh mahasiswa termasuk para peneliti dalam bidang mikrobiologi untuk digunakan dalam laboratorium. Teknik-teknik tersebut digunakan dalam memelihara bakteri, mengisolasinya dalam biakan murni (hanya mengandung satu macam bakteri), mengamatinya dan mengidentifikasi mikroorganisme.
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptic untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulang kali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair ataupun padat. Dalam melakukan isolasi mikroba, terlebih dahulu kita harus memperhatikan alat-alat yang digunakan apakah sudah steril, agar tidak terkontaminasi oleh udara luar yang dapat merangsang pertumbuhan mikroba yang tidak kita inginkan pada suatu medium. Untuk tujuan tersebut digunakan media aseptis untuk mencegah kontaminasi.
BAB II
TEORI

Definisi mikrobiologi adalah sebagai ilmu yang mempelajari tentang organisme mikroskopis. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, mikros = kecil, bios = hidup dan logos = ilmu. Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisme sudah dikenal lebih kurang 4 juta tahun yang lalu dari senyawa organik kompleks yang terdapat di laut, atau mungkin dari gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup pertama di bumi, mikroorganisme diduga merupakan nenek moyang dari semua makhluk hidup (Minasari, 2001 hal.1).

Mikroorganisme ialah telah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis, dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme (Minasari, 2001 hal 1) : 
  1. Bakteri
  2. Protozoa
  3. Virus
  4. Algae
  5. Cendawan mikroskopis 
  6. Isolasi adalah merupakan cara memisahkan mikroorganisme tertentu dari lingkungan, sehingga dapat diperoleh biakan yang sifatnya murni, sehingga biakan tersebut disebut kultur murni (Rusli, 2010 hal.14).
    Isolasi bakteri dilakukan dengan menanamkan specimen langsung ke atas permukaan medium padat (lempeng agar) yang cocok, dan kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Pada keadaan tertentu isolasi dilakukan dari rapat medium atau medium cair. Isolasi dilakukan sedemikian sehinggga bahan pemeriksaan diencerkan dan pada akhirnya setelah dibiakkan semalaman, bakteri yang ada dalam spesimen akan tumbuh sebagai koloni-koloni yang terpisah dari bahan lain (Baedah,2001).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam keadaan cair atau padat. Dalam biakan cair, mikroorganisme menunjukkan ciri pertumbuhan tersendiri. Pertumbuhan adalah pertambahan teratur semua komponen suatu organisme. Dengan demikian, pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena deposit lipid bukan merupakan pertumbuhan sejati. Multiplikasi sel adalah konsekuensi pertumbuhan. Pada organisme bersel satu, multiplikasi menghasilkan pertambahan jumlah organisme yang membentuk populasi atau kultur (Pratiwi, 2008 hal. 106).

Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan . pertumbuhan ketahanan bakteri tergantung pada pengaruh luar, seperti makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, lengas, konsentrasi ion hidrogen, cahaya, dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau membunuh (Irianto, 2006 hal. 122).
Untuk menegakkan diagnosis bakteriologis, sebaiknya biakan bakteri berada dalam keadaan murni atau tidak tercampur dengan bakteri-bakteri lain. Biakan murni diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi, dan kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri (Irianto, 2006 hal. 126).

Pada umumnya biakan murni dapat diperoleh dengan cara-cara berikut (Irianto 2006 hal.126-128) 

1. Cara penggarisan
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik, cara ini adalah yang paling praktis. Setiap laboratorium memiliki cara atau metode pengerjaan yang berbeda-beda, tetapi tujuannya adalah sama, yaitu untuk membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan lempeng medium pembiakan dengan ose atau jarum bahan pemeriksaan yang terlepas pada garis-garis tersebut semakin lama semakin sedikit, sehingga pada garis-garis terakir koloni-koloni bakteri yang terbentuk akan terpisah agak jauh. Sebelum dilakukan penanaman harus diperhatikan agar permukaan lempeng medium pembiakan itu kering, bila masih terdapat tetes embun perlu dikeringkan dahulu dengan cara menyandarkan pinggan petri terbalik pada tepi tutupnya.

2. Cara tuang
Isolasi bakteri dengan cara tuang ini umumnya dilakukan untuk menentukan perkiraan jumlah bakteri hidup dalam suatu cairan, misalnya air, susu, kemih atau biakan bulyon. Hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni, yang berarti jumlah bakteri hidup dalam tiap milimeter cairan yang diperiksa. Cara pengerjaannnya adalah sebagai berikut :
a.       Dari suspensi bahan pemeriksaan dibuat pengenceran.
b.      Dari tiap pengenceran diambil satu milimeter dan diletakkan ke dalam pinggan petri steril.
c.       Ke dalam tiap pinggan petri tersebut dituang medium pembiakan yang telah dicairkan dan didinginkan sampai suhu kira-kira 40oC-45oC. Dengan perlahan-lahan pinggan petri itu digoyang dengan gerakan memutar tanpa diangkat dari medium meja, sehingga bahan pemeriksaan tercampur rata dalm medium pembiakan kemudian didiamkan sampai beku.
d.      Pengeraman dilakukan pada suhu yang sesuai selama 18-20 jam, kemudian koloni-koloni diitung. Dalam hal bahan pemeriksaan tidak murni untuk penelitian koloni bakteri yang dicari, ciri-ciri koloni dan reaksi terhadap medium pembiakan membantu memisahkan berbagai bakteri. 

3. Cara menanam dalam medium pembiakan miring
Untuk mendapat biakan murni penanaman dalam medium pembiakan miring sebagai berikut :
a.       Tabung medium pembiakan miring dipegang dengan tangan kiri di bagian ujung bawah. Bahan penanaman diambil dengan jarum dari koloni pada lempeng pembiakan.
b.      Dengan jari kelingking tangan kanan tutup tabung dijepit dan sambil diputar ditarik keluar. Setelah itu segera mulut tabung dijilatkan pada api.
c.       Dengan mulut tabung masih tetap menghadap api, biakan yang melekat pada ujung jarum ditanam pada permukaan medium pembiakan miring tersebut dimulai dari dasar tabung di buat garis berkelok-kelok sampai ke atas. Cara ini dilakukan bila penanaman ini hanya dimaksudkan untuk memperbanyak biakan atau untuk persediaan.
d.      Segera setelah menanam mulut tabung dijilatkan pada api/. Kemudian egera ditutup dan jarum bekas penanaman dipijarkan sebelum diletakkan kembali ke tempatnya.
e.       Pengeraman dilakukan pada suhu yang sesuai selama 18-20 jam.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.    Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan adalah cawan petri , kapas lidi , lampu spiritus , ose bulat dan ose lurus , rak tabung , tabung reaksi. 
B.     Bahan yang Digunakan 
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah Biakan kuman (SD), BHI, Media NA plate, Media NA cair, NA tegak, NA miring
C.  Cara Kerja
1.      Penanaman (Inokulasi) Mikroba Uji
a.       Medium NA tegak
Disiapkan medium NA tegak. Mulut tabung reaksi yang berisikan NA dipijarkan sebentar diatas nyala lampu spiritus. Ose lurus dipijarkan di atas nyala lampu spiritus, ose yang telah disterilkan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi biakan kuman (SD) kemudian ditusukkan pada NA tegak dengan cara ose diusahakan tegak dan lurus dan dilakukan dekat dengan nyala api spiritus dan ditutup kapas. Ose dipijarkan kembali. Di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

b.      Medium NA miring.
Disiapkan medium NA miring. Sebelumnya mulut tabung reaksi dipijarkan sebentar diatas nyala api. Ose bulat dipijarkan di atas nyala lampu spiritus, kemudian ose dimasukkan kedalam tabung yang berisi biakan kuman (SD) dan digores pada NA miring, lalu ose disterilkan. Di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
c.       Medium cair
Siapkan tabung reaksi yang berisi BHI dan biakan kuman SD. Sebelumnya pada mulut tabung reaksi dipijarkan sebentar di nyala api. Ose yang telah disterilkan ditusukkan pada tabung reaksi biakan yang berisi SD kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi medium cair (BHI). Di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
2.   Isolasi Mikroba 
a.       Cara Tabur (Pour Plate Method)
Media NA tegak dicairkan terlebih dahulu di waterbath. Di ambil 3-5 ohse bakteri SD ke dalam NA tegak yang sudah mencair dan dihomogenkan. Kemudian di tuang secara aseptis kedalam cawan petri steril, Diratakan permukaan medium dengan cara menggoyang-goyangkan cawan petri dia atas meja membentuk angka delapan. Medium dibiarkan membeku dan Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC.
b.      Cara Perataan (Spread Method)
Disiapkan medium NA plate pada cawan petri steril. Diambil sampel (SD) manggunakan kapas lidi steril kemudian diratakan diatas permukaan medium dalam cawan petri. Di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
c.       Cara Gores
Medium  di tuang ke dalam cawan petri steril kemudian ditutup dan dibiarkan membeku pada suhu kamar. Setelah medium membeku, sampel (SD) digoreskan di atas medium dengan menggunakan ose bulat secara aseptis. Lalu dinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC